Minggu, 20 Februari 2011

Kenapa Harus Makan Beras?

KENAPA HARUS MAKAN BERAS?
Oleh : Dewi Wulansari (Mahasiswi Sastra Inggris UNDIP)


Sejak penetapan beras sebagai bahan utama pangan di Indonesia oleh Presiden Soeharto kala itu, membawa dampak yang merugikan lingkungan dan manusia. Kebijakan tersebut membuat seluruh wilayah dan masyarakat Indonesia dipaksa mengkonsumsi beras (nasi) sebagai makanan pokok sehari-hari, padahal dahulu di tiap wilayah memiliki makanan pokok yang berbeda misalnya, sagu di Papua dan Maluku, Jagung di Madura dan Nusa Tenggara Timur. Akhirnya dengan pemberlakuan kebijakan itu, masyarakat Indonesia dari ujung barat sampai timur wilayah Indonesia hanya mengenal beras (nasi) sebagai bahan pokok makan sehari-hari. Sampai ada pepatah yang mengatakan : “Bukan orang Indonesia kalau tidak makan nasi.” Atau “Belum makan jika belum makan nasi”.
Kebijakan ini memaksa masyarakat yang tadinya mengenal jagung atau sagu sebagai makanan pokok mereka, beralih memakan nasi. Begantungnya negara kita akan beras (nasi) menyebabkan negara kita yang dulu sebagai negara pengekspor beras menjadi negara pengimpor beras. Ditambah nasib petani kita yang selalu bergantung pada tanaman padi, membuat mereka selalu merugi karena harga pupuk untuk tanaman padi semakin mahal. Sementara para petani tidak dapat beralih ke tanaman pangan yang lain.
Ironisnya lagi adalah dari kebijakan tersebut menjadikan wilayah di seluruh Indonesia bergantung pada beras yang berasal dari tanaman padi. Sehingga untuk memenuhi konsumsi kebutuhan akan beras, masyarakat kita lebih memilih menanam padi sebagai komoditas pertanian utama dibandingkan dengan komoditas tanaman pangan lainnya. Sayangnya, tidak semua wilayah di Indonesia cocok ditanami padi, meski bisa ditanami padi hasil maupun kualitasnya akan lebih rendah dari pada tanah yang cocok ditanami padi. Hal ini membuat lumbung-lumbung padi hanya terkonsentrasi di wilayah-wilayah penghasil padi. Akhirnya wilayah yang tidak cocok ditanami padi diusahakan ditanami padi. Timbullah dilematis lingkungan. Merubah lingkungan kondisi alami tanah (rawa, hutan, bukit, lembah dll) menjadi tanah persawahan untuk ditanami padi. Dan tanah yang cocok ditanami padi, semakin diintensifkan dalam menghasilkan padi, sehingga merusak kesuburan tanah karena tidak adanya pergantian vegetasi.
Perubahan tanah akibat pengolahan tanah tersebut menyebabkan perubahan lingkungan baik air, tanah, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Dari perubahan itu menyebabkan rusaknya sebuah ekosistem, sehingga yang ada hanya satu ekosistem.
Seharusnya ada diversifikasi pangan yang membuat masyarakat Indonesia tidak tergantung pada beras saja, harus ada alternatif bahan pangan lainnya. Sehingga eksploitasi terhadap tanah untuk lahan pertanian padi bisa diminimalisir, petani tidak dirugikan karena hanya memiliki satu jenis tanaman pangan, dan lingkungan bisa terjaga ekologinya.




Yogyakarta, 19 Februari 2011
www.vhrmedia.com

Minggu, 13 Februari 2011

Internet Semakin Dekat Atau Menjauhi Manusia

Oleh: Dewi Wulansari (Mahasiswi Sastra Inggris UNDIP)

Internet khususnya situs jejaring sosial di dalamnya, mampu menjadikan manusia bebas mengungkapkan dirinya. Menurut Ludwig Feurbach, kata menjadikan manusia bebas. Siapa tak mampu mengungkapkan diri, ia tak lebih dari seorang budak. Bicara merupakan tindak kebebasan, kata adalah kebebasan itu sendiri. Jejaring sosial lewat internet seperti friendster, facebook, twitter, YM, skypy, blog, pluk dll mampu mengakomodir kebebasan berkata. Yang mana kebebasan berkata merupakan salah satu eksistensi manusia.
Internet dengan situs-situs jejaring sosialnya telah berhasil menangkap kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar yaitu eksistensi dan bersosialisasi. Meskipun, sebenarnya eksistensi yang ditawarkan oleh jejaring sosial itu hanyalah keberadaan bentuk/wujud semunya. Namun, hal tersebut mampu membuat kita menunjukkan diri dalam sisi-sisi yang berbeda, bisa lewat tulisan, foto, komentar, chat dll. Sosialisasipun menjadi lebih mudah dan praktis bahkan ekonomis, sehingga permasalahan jarak, waktu, tenaga, dan biaya bisa terminimalisir. Internet telah membuat kedekatan baik secara emosional, kultural dan personal diantara pribadi satu dengan pribadi yang lain. Jejaring sosial-pun bisa termanfaatkan untuk pencarian link (teman, usaha, karir, jodoh). Hal ini menunjukkan bahwa internet mampu mendekati kebutuhan manusia.
Namun mesin dan penemuan baru ternyata tak bisa bicara apa-apa tentang manusia. Sehebat-hebatnya mesin dan pengetahuan, tetap tidak berpribadi. Kita tidak bisa melihat pribadi yang sesungguhnya dan sebenarnya hanya dengan melihatnya dari jejaring sosial. Karena pribadi seseorang itu tidak hanya bisa dinilai dari kata, ucapan/ungkapan dan fotonya. Pribadi seseorang yang sebenarnya hanya bisa kita lihat dalam penampakan wujud dan peran aslinya dalam bereksistensi dan bersosialisasi di dunia nyata bukan dunia maya. Cara berseksistensi dan bersosialisasi melalui internet, itu seperti kita bereksistensi dan bersosialisai dengan mesin. Yang mana kita akan sangat bergantung pada mesin, malas dalam bertindak dan belajar malas bertindak.
Jika cara bereksistensi dan bersosialisai dengan melalui dunia maya (internet) menjadi budaya, lama-kelamaan semua hal akan beralih dan terselesaikan lewat dunia maya. Ajang pertemuan fisik berpindah ke pertemuan maya, empati dan simpati hanya sebatas ucapan dan ungkapan bukan lagi tindakan. Interaksi yang terjalin dan yang diperoleh bukan lagi hubungan atau interaksi yang dalam/akrab. Hal tersebut manandakan hilangnya sifat-sifat manusiawi manusia yang peduli terhadap lingkungan dan sesamanya. Berkumpul, pertemuan fisik (silaturahmi, diskusi) yang semua hal itu dapat mengasah kepekaan sosial maupun kepekaan emosional semakin luntur karena kebanyakan manusia beralih pada pertemuan maya. Dampak yang paling terlihat adalah semakin tingginya sifat individualis dari seseorang.
Maka dari itu, dalam memanfaatkan teknologi baru seharusnya disertai dengan kebijakan dan pengetahuan. Sehingga, dapat mendatangkan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan tanpa mengurangi nilai-nilai dan sifat-sifat manusiawi manusia. Teknologi dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan dan kinerja manusia tanpa menyamakan manusia sebagai mesin yang tidak memiliki nilai rasa.